Rabu, 28 Agustus 2013

Bisnis Kerudung bordir dan gaun berbahan sutera

LAPORAN PELAKSANAAN USAHA DAN PENGGUNAAN KEUANGAN


PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA
TAHUN 2010


                                                                                                                                      
PEMBUATAN KERUDUNG BORDIR DAN GAUN BERBAHAN SUTERA


Oleh :
Noviatie Indera F.N                NIM. 0842620032      Jurusan Administrasi Niaga
Irwanto                                   NIM. 0842620011      Jurusan Administrasi Niaga
Fidia Elfitrika Fathniya           NIM. 0932610050      Jurusan Administrasi Niaga
Ika Kusumasasti                      NIM. 0842620061      Jurusan Akuntansi






ENTERPRENEURSHIP TRAINING UNIT
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2011

LAPORAN AKHIR

1.  Yang telah dilakukan pada tahap pelaksanaan usaha:

a.  Proses Produksi                  :
Tahap 1 : Pembelian bahan baku.
      Pembelian bahan baku dilakukan di beberapa pedagang grosir yang ada di toko tekstil di Blitar dan daerah lainnya. Bahan baku ini berupa: kain sutera dan kain Taveta (sebagi substitusi), benang, benang bordir, kain organdi, kain keras, jarum, serta aksesoris tambahan seperti bunga tempel dan perlengkapan jahit lainnya. Pembelian bahan baku disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan jenis kerudung yang akan dibuat.

Tahap 2 : Pembuatan Desain Produk.
Pembuatan desain produk ini dilakukan oleh orang yang ahli di bagian produksi. Desain produk dirancang disesuaikan dengan model yang berkembang pada saat ini dan sesuai dengan pesanan yang diinginkan konsumen. Penjualan dilakukan langsung melalui pemesanan langsung dari konsumen. Konsumen dapat mendesain motif bordir yang diinginkan, kemudian akan diserahkan kepada desainer untuk dibuat produknya. Namun untuk kelancaran usaha produk “g UP” sebagian besar menggunakan kain Taveta yang tekstur kainnya hampir menyamai kain sutera. 

Tahap 3 : Labeling
Setelah kesemuanya proses sudah dilakukan, maka proses produksi aksesoris telah memasuki tahap akhir, yaitu labeling. Labeling dilakukan dengan cara pengepakakan barang-barang yang sudah jadi. Gaun ataupun keruding yang telah selesai proses produksinya dikemas ke dalam kantong plastik yang telah diberi label “g` UP”.

b. Penentuan  Lokasi Usaha    :
“g UP” sementara ini beroperasi didaerah pedesaan tepatnya di desa Tlogo Kab. Blitar, dikarenakan minimnya dana untuk menyewa tempat usaha, serta ketersediaan tenaga kerja di daerah tersebut sehingga proses produksi masih dilakukan di tempat tinggal pengusul.

c. Pemasaran                           :
      Saat ini “g UP” telah melakukan berbagai teknik pemasaran baik melalui online maupun offline. Namun, saat ini media yang paling efektif masih dengan promosi secara online, sebab para konsumen dapat langsung melihat dan mengamati produk yang “g UP” tawarkan, kemudian langsung melakukan pemesanan secara berkelanjutan.
     
d. Cakupan Pasar                    :
Cakupan pemasaran “g UP” untuk saat ini difokuskan pada sektor remaja seperti mahasiswa dan wanita karier, kedua konsumen potensial ini kerap ditemui dikota Malang, salah satu konsumen paling potensial yaitu para dosen Politeknik Negeri Malang. Memang jangkauan pasar yang dilakukan masih sangat minim sekali hal ini dikarenakan kurangnya link untuk menjangkau segmen konsumen kelas atas.

e.  Analisa Pesaing                  :
Produk keluaran pesaing memang berbeda jauh dengan keluaran “g UP” yakni kebanyakan pesaing produksi jilbab menggunakan kain berbahaan kaos dan yang paling kerap ditemui ialah jilbab berbahan paris. Adapun beberapa pesaing yang dapat mempengaruhi persaingan produk “g UP” ialah Rabbani, Kerudung Taj, dan jilbab paris yang beredar di pasar.

f. .Analisa SWOT                   :
1.      Analisa Strenght.
Produk “g` UP” merupakan produk yang amat jarang diproduksi oleh usaha home industry sebab bahan baku yang dipergunakan memiliki nilai jual yang mahal. Namun kelebihan dari produk ini adalah produk keluaran “g` UP” mampu menarik konsumen kalangan atas sehingga proses BEP lebih cepat terjadi.           

3.Analisa Weakneses
              a) Masih kurangnya kreatifitas dalam pembentukan motif order. 
              b) Terbatasnya konsumen yang belum mengenal kain taveta.
              c) Belum adanya strategi yang tepat untuk memasuki pasar konsumen muslim kelas
menengah keatas.


2. Analisa Opportunity.
Masih jarangnya pelaku usaha yang bergerak pada bidang produksi jilbab order berbahan taveta, sehingga sebenarnya pangsa pasar yang akan diperoleh oleh “g UP” sangatlah luas, terutama konsumen kalangan ekonomi menengah keatas. 
           
4.Analisa Treath.
a)            Harga bahan baku yang mahal.
b)            Hasil produksi hanya untuk kalangan konsumen menengah keatas
c)            Minat konsumen yang menurun seiring dengan perkembangan fashion
muslim.

g. Strategi Produk                   :
Setiap keluaran produk “g UP” memiliki kelebihan dibanding produk tekstil lainnya, sebab keseluruhan produk mayoritas menggunakan kreatifitas pekerja serta menggunakan tenaga mesin bordir yang sesuai sehingga karakteristik antar produk yang satu dengan yang lain pada “g UP” saling berbeda. Selain itu keluaran produk selalu menggunakan bahan taveta kualitas semi sutera karena hal inilah yang menjadi spesialisasi produk.

h. Saluran Distribusi                :
Untuk saat ini “g UP” masih menyalurkan hasil produk langsung kepada konsumen, karena jumlah produksi yang dilakukan masih sangat terbatas yakni mengikuti permintaan / pemesanan konsumen.

i.  Strategi Promosi                  :
Strategi promosi yang masih dilakukan “g UP” yakni dengan melakukan promosi dengan cara mouth to mouth, adapun beberapa informasi yang diberikan kepada konsumen ialah berkenaan dengan kualitas bahan yang digunakan, harga serta perbandingan antar produk sejenis, serta menampilkan ragam motif bordir dengan bentuk booklet. Alasan penggunaan system ini dikarenakan jenis usaha ini masih tergolong baru maka dari itu  promosi konvensional ini masih harus dilakukan secara terus menerus agar konsumen tertarik untuk membeli produk keluaran “g UP”. Namun saat ini untuk pemasaran “g UP” telah menggunakan media online yakni melalui jejaring sosial (facebook), media ini dipilih karena dianggap paling efektif serta efisien untuk menuju konsumen yang tepat.
j. Target Luaran                      
1.      Target produk                         :
Produk yang dihasilkan sementara ini adalah : berbagai jenis kerudung dengan motif bordir yang beraneka ragam. Sedangkan target kuantitas hasil produk akhir setiap bulan masih berkisar antara tiga hingga lima produk kerudung bordir.

2.       Target konsumen        :
Sasaran konsumen adalah seluruh konsumen yang khususnya para wanita muslim yang memiliki tingkat ekonomi menengah keatas. Untuk saat ini sudah ada transaksi penjualan yang dilakukan oleh ”g UP”, dan selama 3 bulan terakhir telah mendapatkan 4 konsumen potensial. Sedangkan untuk kedepannya “g UP” berharap setiap bulan memperoleh 5 konsumen potensial.

3.       Target pendapatan     :
Selama kurun waktu tiga bulan ini, “g UP” telah memperoleh pendapatan sebesar ± Rp 700.000. Sedangkan untuk 3 bulan mendatang “g UP” mentargetkan pendapatan Rp 2.000.000.

k. Lampiran Foto-Foto Kegiatan
1. Foto produk

2.  Hal yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya :
Beberapa hal yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemajuan usaha “ g UP” ialah sebagi berikut :
  1. Meningkatkan kuantitas produk, agar konsumen dapat memilih varietas produk yang diinginkan.
  2. Memaksimalkan promosi.
  3. Mencari produsen kain taveta yang menawarkan harga lebih rendah  dibanding  harga pada umumnya.




Teknik Budidaya Tawon Lanceng PKM 2011




LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA 2010 BIDANG KEGIATAN
PKM-M



“ BUDIDAYA APIS FLORIA (TAWON LANCENG) SEBAGAI USAHA HOME INDUSTRI PRODUKTIFITAS MADU LANCENG BAGI MASYARAKAT DESA KAUMREJO, 
NGANTANG - MALANG ”
Oleh :
NOVIATIE INDERA FAIDAH N NIM. 0842620032, Th. 2008
IRWANTO NIM. 0842620011, Th. 2008
LELI SETIOWATI NIM. 0932610031, Th. 2009



POLITEKNIK NEGERI MALANG
MALANG
2011


BUDIDAYA APIS FLORIA (TAWON LANCENG) SEBAGAI USAHA HOME INDUSTRI PRODUKTIFITAS MADU LANCENG BAGI MASYARAKAT DESA KAUMREJO, 
NGANTANG – MALANG
Noviatie Indera Faidah N, 25 halaman, 2011

ABSTRAK
Masih terbatasnya usaha budidaya tawon Lanceng serta produktifitas madu Lanceng menjadi faktor utama untuk menguasai pangsa baru. Sebab, madu Lanceng kerap dicari oleh masyarakat karena terkenal akan khasiatnya yang lebih baik dibanding dari madu lokal.
Selain itu budidaya ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup serta kondisi ekonomi masyarakat desa Kaumrejo, yang kondisi geografisnya sangat kaya akan potensi alam. Salah satunya yaitu mayoritas lahan desa Kaumrejo ditanami oleh berbagai tumbuhan perkebunan yang produktif hal ini sangat cocok dengan ekosistem tawon Lanceng, yang juga memiliki produktifitas bernilai jual tinggi.
Metode yang diterapkan melalui tujuh tahapan namun, pada saat pelaksanaan, teknik budidaya dirubah menjadi delapan tahapan hal ini dimaksudkan untuk lebih fokus dalam melakukan tiap kegiatan budidaya. Melalui tahapan-tahapan yang berurutan tersebut, kini budidaya tawon lanceng
dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa Kaumrejo yakni mereka berinisiatif untuk membangun komunitas “Selokurung Tawon” serta memiliki penghasilan komersial yang menjanjikan tiap bulannya.
Kata kunci : Tawon Lanceng, Masyarakat Kaumrejo dan Produktifitas

RAISING APIS FLORIDA (WASPS LANCENG) AS A HOME BUSINESS INDUSTRY PRODUCTIVITY HONEY FOR COMMUNITY VILLAGE LANCENG KAUMREJO, NGANTANG - MALANG
Noviatie Indera Faidah N, 25 pages, 2011

ABSTRACT
Limited cultivation and productivity of honey bees Lanceng Lanceng be a major factor to control the new segment. Because, honey Lanceng often sought after by people because famous for its properties
better than from local honey. Besides farming aims to improve the quality of life and Kaumrejo rural economic conditions, the geographical conditions very rich in natural resources. One of them is the majority of village land. Kaumrejo plant plantation planted by various productive things This is perfect with the ecosystem Lanceng wasps, which also has productivity of high value.
The method is applied through the seven stages but, at the moment execution, cultivation techniques converted into eight stages of this intended to better focus on doing each activity of conducting.
Through successive stages, now cultivated wasps lanceng to improve the quality of life of rural communities namely Kaumrejo their initiative to build a community "Selokurung Tawon" and has a promising commercial income each month.
Keywords: Hornet Lanceng, Community Kaumrejo and Productivity


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya lebah madu merupakan segala upaya memelihara dan mengatur kehidupan lebah dengan tehnik tertentu yang disesuaikan dengan syarat – syarat lebah sehingga diperoleh produksi madu dan pendapatan yang maksimal.
Budidaya lebah madu bermanfaat menambah pendapatan masyarakat dari hasil produksi lebah madu. Menambah kesempatan kerja berupa kerja sambilan di daerah pedesaan. Ikut membantu terjadinya penyerbukan bunga sehingga dapat meningkatkan berbagai jenis tanaman. Dengan keperluan pakan lebah untuk budidaya lebah madu diharapkan masyarakat dapat menyadari untuk menanam dan memelihara pakan lebah sehingga lingkungan jenis lestari dan hijau sebagaimana dengan vegetasinya. Membantu menambah gizi keluarga dan variasi jenis tanaman. Untuk kesehatan dan pengobatan dengan sengat lebah (akupuntur lebah).
Begitu besarnya manfaat madu bagi kebaikan manusia, selain madu dihasilkan oleh lebah madu. Tawon lanceng juga merupakan serangga penghasil madu yang berkualitas, sebab khasiat dari madu lanceng mampu meregenerasi luka bakar secara cepat. Namun sayangnya saat ini produktifitas madu lanceng masih amat sukar ditemui, padahal tingkat permintaan pasar untuk konsumsi amat tinggi, hal ini dibuktikan dengan adanya permintaan konsumsi yang tidak dapat dipenuhi oleh pemasok madu lanceng. Dengan memanfaatkan peluang ini, penulis berusaha untuk mengembangkan budidaya lanceng di daerah yang sesuai dengan adaptasi lanceng, sehingga mampu menghasilkan madu yang berkualitas terbaik. Selain itu program ini pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas ekonomi dan social masyarakat setempat. Sehingga keseluruhan pola kualitas hidup masyarakat desa Ngantang menjadi lebih baik dibanding sebelumnya.

1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah keuntungan melakukan usaha home industry produktifitas madu lanceng, bagi masyarakat Ngantang ?
2. Manfaat apa yang akan diperoleh masyarakat setempat khususnya, dengan adanya budidaya lanceng ?
3. Bagaimanakah usaha pengembangbiakan tawon lanceng, sehingga menghasilkan madu berkualitas baik?
4. Berapa besar prospek keuntungan berwirausaha budidaya tawon lanceng sekaligus produksi madu lanceng?

1.3 Tujuan Program
Pelaksanaan program kreatif mashasiswa sektor pengabdian kepada masyarakat yang bergerak pada usaha budidaya madu lanceng bertujuan untuk:
1. Menunjukkan bahwa manfaat yang terdapat dalam madu lenceng lebih unggul dibanding lebah bunga yang mayoritas telah umum diperjualbelikan, karena madu lanceng memiliki cita rasa berbeda dan dapat dipergunakan sebagai obat oles luka luar .
2. Serta meningkatkan perekenomian masyarakat pedesaan setempat.
3. Mengeksplore kekayaan alam daerah Ngantang sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar, misalnya dengan memanfaatkan keberadaan tawon lanceng yang bertempat tinggal di perkebunan atau perhutanan Ngantang.

1.4 Luaran yang Diharapkan
Dengan terwujudnya program pengabdian kepada masyarakat yang bergerak pada budidaya lanceng, masyarakat desa Ngantang akan menghasilkan beberapa hasil luaran yang dapat memberikan konstribusi positif pada daerah sekitar. Adapun beberapa luaran setelah program ini terlaksana, ialah sebagai berikut :
1. Masyarakat mampu mengembangbiakkan tawon lanceng, yang dapat memenuhi permintaan pasar.
2. Masyarakat mampu menghasilkan madu lanceng yang berkualitas, sebab daerah Ngantang merupakan daerah yang sesuai dengan adptasi tawon Lanceng.
3. Secara bertahap masyarakat dapat membangun area pemasok tawon lanceng beserta madu lanceng terbesar diwilayah jawa timur.

1.5 Kegunaan Program
Program yang ditujukan dalam rangka pengabdian kepada masyarakat ini memiliki beberapa fungsi yang nantinya berdampak positif bagi masyarakat setempat sekaligus masyarakat umum, diantara kegunaan tersebut ialah sebagai berikut:
1. Masyarakat mampu meperluas budidaya tawon lanceng secara bertahap, sehingga memperoleh pendapatan dari penjualan tiap kloni tawon lanceng.
2. Masyarakat mampu menghasilkan madu lanceng yang berkualitas dari tawon lanceng yang telah dibudidayakan.
3. Masyarakat lebih mengetahui manfaat madu lancing, dengan tujuan mempercepat proses pemasaran. Misalanya, manfaat madu lanceng selain sebagai penambah tenaga madu lanceng juga dapat dipergunakan sebagai obat luar yang ampuh (salep luka bakar).
4. Meningkatnya tingkat perekonomian masyarakat desa Ngantang melalui penjualan tawon lanceng maupun madu lanceng.
5. Mengurangi tingkat pengangguran masyarakat
6. Meningkatkan kualitas lingkungan menjadi lebih terjaga dari polusi, karena tawon lanceng tinggal didaerah yang tenang dan bebas dari polusi. Sehingga secara tidak langsung kesehatan masyarakat desa Ngantang lebih aman.

II. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
Wilayah Ngantang merupakan daerah tinggi yang memilki keadaan alam yang subur sehingga mayoritas masyarakat Ngantang merupakan penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak. Begitu melimpah potensi alam yang ada diNgantang namun, sebagai masyarakat yang memiliki pendidikan seadanya tidak heran potensi yang ada didaerah tersebut kurang termanfaatkan. Hal ini juga dipengaruhi oleh minimnya perhatian pemerintah daerah untuk
menggali potensi yang terdapat diNgantang khususnya desa Sondel, sehingga pergerakan kemajuan pemanfaatan alam hanya dilakukan seadanya tanpa bantuan dari pemerintah daerah. Dampaknyapun perkembangan ekonomi masyarakat setempatpun masih minim.
Lebah dengan ukuran fisik terkecil ini bisa dikatakan termasuk dalam kategori setengah langka, meskipun di daerah. Masyarakat Ngantang sama sekali belum membudidayakan tawon lanceng atas inisiatif dan jerih payah penduduk sendiri karena penduduk sendiri masih menganggap bahwa tawon lanceng tidak memiliki nilai guna lebih dibandingkan lebah madu lainnya, serta mata pencaharian masyarakat Ngantang masih percaya pada sektor perkebunan dan perikanan selain itu merka belum memperoleh arahan atau binaan dari pemerintah. Sehigga motivasi untuk melakukan budidaya lanceng belum diperoleh oleh masyarakat Ngantang.
Bibit lanceng dapat dicari di hutan-hutan sekitar tempat tinggal khususnya didaerah perkebunan. Namun Petani yang sudah sudah mahir bisa memperbanyak. Dengan memecah koloni yang sudah besar. Kotak-kotak lanceng yang dibuat dari potongan bambu, potongan kayu yang dilubangi, atau akar pohon yang besar dan berlubang. Semuanya dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan lubang-lubang alamiah kayu/bambu di hutan yang disukai tawon lanceng.
Untuk pengambilan madunya, masih banyak kesulitan dan masih jarang yang mengetahui terdapat system modern untuk pengambilan sari madu lanceng. Biasanya dengan cara memilih sisir yang berisi madu lalu dikeluarkan dengan cara memeras. Dengan demikian, sebagian larva ada yang mati dan madu masih tercampur sedikit malam maupun tepung sari sehingga terlihat kurang bersih.
Namun untuk pengambilan sari madu dengan cara modern dari sarang lebah dengan menggunakan separator, yakni alat yang dapat mengambil madu tanpa merusak sarang dengan gaya turbulensi. Setelah madu terambil, sarang itu dikembalikan lagi kekotak peliharaan. Adapun inovasi lainnya yaitu sistem angon, ialah memindahkan tawontawon ke lahan yang memiliki produktifitas bahan makanan tawon yang memadai. System angon merupakan tuntutan mutlak ketika jumlah kooloni semakin banyak. Sebab jika dalam kurun waktu tertentu tawon ditempatkan di lahan yang disekitarnya tidak tersedia bunga yang cukup, mereka akan berpindah sendiri ketempat lain.
Dibawah ini merupakan salah satu teknik budidaya agar menghasilkan anakan tawon serta madu yang berkualitas :

Teknik budidaya tawon lanceng, terdapat dua cara untuk budidaya tawon lanceng:
1. Secara menetap (stative bee keeping) lebah diperoleh dari koloni yang belum dibudidayakan.
2. Budidaya tawon secara berpindah (Megratary bee keeping) koloni diperoleh dari lebah paket.

Pemilihan lokasi budidaya lebah madu dengan syarat-syarat sebagai berikut :
a. Tersedianya cukup pakan yakni 0.5-0.7 km
b. 70-80 %.
c. Tersedianya cukup air bersih.
d. Jauh dari gangguan (bau, asap, kebisingan, hama dan penyakit dan angin kencang pada jam 11.00 – 14.00)
e. Kotak menghadap ke timur dan cukup sinar pagi.
f. Letak kotak minimal 30 cm dari tanah antara kotak 1-2 meter. (sumber: Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Riam Kanan )

Sedangkan jenis Pakan Tawon Lanceng
1. Tanaman Hutan Albizia, jambu mente, aren, Api-api, Almtoro, kaliandra, puspa, mahoni,asam, ketapang, palawan.
2. Tanaman buah-buahan Belimbing asam, belimbing manis, jambu, apel, kweni, mangga, rambutan, kelengkeng, alvokat, anggur, jeruk.
3. Tanaman Industri. Kapuk randu, kelapa, kopi, kapas, kelapa sawit, wijen, bunga matahari, tebu, karet, kedelai, jagung, kacang tanah, sengon.
Tanaman Sayur-sayuran Lombok, wartel, ketimun, labu air, ketumbar, pare, petai,
kacang polong, jengkol, kubis.

III. METODE PENDEKATAN
Metode pelaksanaan yang diterapkan untuk kegiatan budidaya lanceng sehingga menghasilkan madu lanceng yang berkualitas baik, maka harus dilakukan secara continue dan bertahap. Adapun tahapan dari pelaksanaan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Survey lokasi budidaya tawon lanceng
Survey dilakukan di desa Ngantang Kab.Malang. Dalam pelaksanaan survey penulis mencari dan menentukan lokasi yang sesuai untuk pengembangbiakan tawon lanceng sehingga bibit lanceng selalu produktif menghasilkan madu lanceng.
2. Sosialisasi teknik budidaya lanceng & madu lanceng

Penyuluhan kepada masyarakat mengenai teknik budidaya lanceng dan proses pengambilan madu lanceng akan dilakukan oleh penulis serta meminta arahan tambahan dari pihak pemerintah. Adapun beberapa materi yang diberikan kepada masyarakt sebagai berikut :

a. Cara Pembuatan sarang atau tempat madu (glodogan)
Pembuatan ini tidak lain dari hasil pengamatan tata kehidupan tawon secara alami, dimana sewaktu tawon-tawon masih hidup bebas dialam terbuka mereka membuat sarang-sarang di gua-gua batu, terowongan kayu yang besar dan lain-lain yang dianggap sesuai dan aman di hutan-hutan. Sejak saat itu manusia mulai menirukan tiruan tempat bersarangnya tawon untuk nantinya bila berhasil tidak lagi masuk ke hutan-hutan guna mendapatkan madu ini.
Bumbung Kuno (primitif)
Tiruan tempat bersarangnya tawon ini dibuat dari pada potongan kayu besar yang lunak, misalnya kayu randu, glugu (batangan pohon kelapa), kayu pucung dan sebagainya, pokoknya dari jenis kayu/pohon yang lunak agar mudah membuatnya.
Mini Box (modern)
Adalah penyempurnaan dari pada system kuno (primitive). sedangkan setelah penggunaan mini box baru ini terasa sekali akan faedah / manfaatnya, antara lain : Perawatan / Pemeliharaan / Pengawasan dapat dilakukan dengan mudah, serangan hama dan penyakit relative sedikit / kecil
dan hasil produksi yang dicapai jauh lebih banyak. Adapun ukuran dari mini box adalah p = 30cm , l = 15cm dan t = 15 cm.

b. Pengambilan Madu
Pengambilan hasil untuk pertama kali dilakukan setelah 3 bulan dari pemeliharaan dimulai, itupun tergantung pada situasi dan kondisinya yang dipengaruhi oleh faktor-faktor alam. Sedang periode selanjutnya dapat dilakukan sebulan sekali, terutama pada waktu musim subur. Bagi musim paceklik agar diusahakan pemungutan hasilnya diperjarang, karena produksinya menurun. Hal ini dilakukan agar kehidupan tawon tidak merasa terganggu yang dapat mengakibatkan timbulnya pelarian (bubar). Bila pengambilan ini dilakukan pada waktu musim paceklik, akan sangat mengganggu ketentraman tawon, karena yang diambil adalah tempayaknya berikut sarangnya (talannya). Hal ini sering tawon lari meninggalkan sarangnya untuk tidak kembali.

Kriteria Pengambilan Madu
Untuk pengambilan madu agar diusahakan semasak mungkin atau juga disebut madu tua. Tanda-tanda madu tua ( masak) ialah bila sel-sel madu telah tertutup. madu yang demikian menurut hasil penelitian kandungan (kadar) airnya sudah menurun di bawah 20 %. Sedang bila pemungutan madu masih muda (tabung madu belum tertutup), kandungan (kadar) airnya masih tinggi, madu yang demikian ini mudah sekali rusak cepatnya mengalami peragian (fermentasi), dimana mikro organismenya yang disebut “Yeast” atau “Khamir” akan mengubah gula reduksi menjadi alkohol, sebab didalam madu terdapat suatu zat yang disebut “fruktosa”, zat ini di dalam proses kimia dapat
mengalami perubahan menjadi alkohol. Dapat juga oleh mikro organisme lain diubah gula reduksi ini menjadi asam-asaman, sehingga madu tersebut terasa asam. Untuk itu penting sekali adanya pemeriksaan tua sebelum madu yang akan dipanen. Bila syarat-syarat di atas yang memberi ciri adanya madu tua belum kelihatan, seyogyanya pemungutan madu ditangguhkan dulu sampai
menjadi tua.

Cara Pengambilan Madu
Sediakan alat pengasapan (smoker), buka tutup glodog perlahan-lahan agar penghuni glodok tidak terkejut, dekatkan alat pengasapan kedalam glodog supaya tawon-tawon yang kena asap tidak menempel pada sisiran madu.
Angkat tempat tala perlahan-lahan tegak lurus ke atas dan bila masih ada tawon yang menempel pada talanya agar disikat dengan sikat tawon (sikat yang halus) supaya tawon jatuh didalam bumbung. Sediakan pisau yang sedikit dipanasi untuk memotong talanya dan sisakan kurang lebih setebal 1cm dari tempat menempelnya tala, hal ini dilakukan agar setelah tempat tala dikembalikan ketempatnya, tawon-tawon segera akan membuat sarang lagi.

Tutup-tutup tabung madu agar dibuka (di iris) dengan pisau, pekerjaan ini dilakukan dengan sendirinya diatas suatu penampung agar cairan madu tidak tercecer ke mana-mana.

Alat Pemisah Madu
Gunakan suatu alat untuk memisahkan cairan madu dengan malamnya, lalu digunakan suatu alat yang mendasarkan kerjanya menimbulkan suatu gaya pusingan (putaran). Sebab dalam rumus ilmu alam, pada suatu kumpulan banda-benda yang berat jenisnya (BD)-nya tidak sama, bila diputar benda
yang berberat jenis lebih tinggi akan meninggalkan tempat itu lebih dulu, sedang yang ber-BD rendah keluarnya kemudian. Berat jenis madu lebih tinggi dari pada berat jenis malam (lilin), sehingga dalam pemisahan madu dengan alat pemusing ini, madu akan keluar lebih dahulu dari pada lilinnya, alat ini disebut “EKSTRAKTOR”. Ekstraktor yang terkenal antara lain ekstraktor sistem Huruschka dan Crown. Alat-alat ini sudah dilengkapi dengan alat yang sempurna, sehingga setelah tala dimasukkan kedalam dan dilakukan pemutaran pada akhirnya kelompok madu akan terpisah dengan lilinnya.

3. Sosialisasi teknik pemasaran hasil produksi
Sebagai calon penjual atau pengusaha, kita dituntut untuk dapat mengetahui situasi toko atau apotek, dari situ kita bisa memantau sudah layakkah kita menjual produk tersebut ke toko, jika belum kemungkinkan tunggu antara 1 sampai dengan 2 minggu pasti akan ada respon oleh masyarakat. Usahakan agar produk tersebut tidak jatuh ketangan tengkulak dan selayaknya kita dapat menjalin hubungan antara sesama pengusaha atau dengan konsumen langsung.
4. Pelaksanaan budidaya lanceng oleh masyarakat setempat
Pelaksanaan program budidaya lanceng dilakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang telah disusun oleh penulis.
5. Pemanenan madu lanceng
Proses panen madu lanceng disesuaikan dengan jadwal budidaya lanceng, yakni maksimal tiga bulan setelah bibit lanceng dikembangbiakkan.
6. Pemasaran bibit tawon lanceng dan madu lanceng.
Penjualan hasil produksi madu lanceng akan dipasarkan kedaerah setempat yang akan didistribusikan ke tempat pembelanjaan umum seperti pasar, supermarket dan apotek. Selain itu, masyarakat diharapkan membuka area khusus untuk pasokan madu lanceng di desa Ngantang seperti KUD.
7. Pengawasan pelaksanaan program oleh penulis dan pemerintah
Pengawasan pelaksanaan program budidaya lanceng oleh masyarakat setempat akan dilakukan maksimal setiap dua minggu sekali. Hal ini bertujuan untuk mengontrol perkembangan bibit lanceng serta memotivasi peternak tawon lanceng agar selalu proaktif dalam melaksanakan program budidaya tawon lanceng. Sehingga menghasilkan produk yang diharapkan yang pada akhirnya dampak positif dapat diterima masyarakat setempat.

IV. PELAKSANAAN PROGRAM

4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Adapun program budidaya ini telah berlangsung selama tiga bulan lebih dua minggu terhitung mulai bulan 01 Februari hingga 15 Mei 2011 dan harapan kami budidaya ini bisa berlangsung terus menerus sampai menunjukkan hasilnya. Sedangkan tempat pelaksanaan agar program ini berjalan dengan optimal kami menetapkan di Ds. Kaumrejo Kec. Ngantang Kab. Malang.

4.2 Tahapan Pelaksanaan
Adapun tahapan dari pelaksanaan budidaya lanceng dijelaskan sebagai
berikut :

4.3 Instrumen Pelaksanaan
Faktor utama dalam pelaksanaan budidaya tawon lanceng adalah masyarakat desa Kaumrejo, sebab masyarakat merupakan objek utama yang nantinya dapat mengembangkan serta memajukan budidaya tawon di desa Kaumrejo. Sedangkan beberapa media pendukung yang dipergunakan dalam pelaksanaan budidaya tawon ini adalah sebagai berikut :

4.4 Rancangan dan Realisasi Biaya
Ringkasan Biaya Investasi Budidaya Tawon Lanceng Per 25 Koloni


Perhitungan Pendapatan Madu Tawon Lanceng per 20 koloni
Dengan jumlah 25 koloni, tawon lanceng dibedakan menjadi 20 koloni siap panen sedangkan 5 koloni sebagai bibit budidaya, sehingga pendapatan yang diperoleh selama 1 - 30 April 2011 dari 20 koloni siap panen ialah 3000 ml madu (per koloni menghasilkan 150 ml madu ), dengan harga jual Rp 250.000 @ 1000 ml madu lanceng, sehingga total pendapatan 3000 ml madu lanceng ialah
Rp 750.000.

Biaya Penyusutan Tiap Bulan Budidaya Tawon Lanceng Per 20 Koloni

Laporan Rugi / Laba 1 - 30 April 2011

V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Kaumrejo-Ngantang merupakan kawasan yang memiliki ekositem yang sesuai dengan ekosistem tawon lanceng yakni masih bersifat perhutanan hal ini karena sebagian besar kawasan desa Kaumrejo didominasi oleh perkebunan yang bervarian seperti perkebunan Randu, Kopi, Kakao dan Durian dimana sari bunga tanaman perkebunan tersebut merupakan makanan pokok tawon lanceng
yang dapat menghasilkan madu dengan kuantitas yang optimal, serta berkualitas
terbaik.
Serta adanya potensi dari masyarakat sekitar untuk membudidayakan tawon lanceng berorientasi profit, sebab pada awalnya sebagian kecil masyarakat Ds. Kaumrejo yang telah memelihara tawon lanceng, hasil madunya hanya dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Semenjak dari terwujudnya program budidaya tawon Lanceng ini sudah ada sepuluh orang yang tergabung untuk mengikuti budidaya tawon Lanceng, kesepuluh masyarakat tersebut terbagi menjadi dua jenis kelompok yakni tiga orang yang dahulu seudah pernah melakukan budidaya tawon namun tidak untuk kepentingan komersial, sedangkan sisanya masyarakat yang belum pernah melakukan budidaya tawon Lanceng, hal ini merupakan nilai tambah tersendiri bagi tim penyelenggara dan juga masyarakat yang belum pernah melakukan budidaya lanceng karena, dapat bertukar pikiran tentang teknik budidaya lanceng yang efektif dan efisien bersama masyarakat yang telah pernah melakukan
budidaya Lanceng sebelumnya. Selain itu, adanya masukan positif dari salah satu masyarakat yang berkeinginan untuk membentuk suatu perkumpulan yang terorgnisir berkaitan dengan keberlanjutan budidaya tawon Lanceng. Dari kesepakatan yang ada nama perkumpulan tersebut diberi nama dengan “Silokurung Tawon”.
Untuk mempermudah arus komunikasi dan tanggung jawab maka program budidaya lanceng membentuk suatu struktur organisasi yang terdiri dari tiga bagian yakni :

Adapun ringkasan job description dari tiap-tiap jabatan ialah sebagai berikut :


Melalui pelaksanaan budidaya tawon yang masih berlangsung selama tiga bulan lebih dua minggu yang pada bulan April telah memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 416.150, akan dilakukan pembelian lima koloni tawon lanceng sehingga hasil produktifitas madu lanceng maupun kuantitas tawon lanceng terus bertambah, sehingga pada akhirnya akan dilakukan pembagian hasil pendapatan bersih kemasyarakat desa Kaumrejo.
Dari ketercapaian pendapatan tersebut tim penyelenggara juga akan mengajak kerjasama dengan Koperasi daerah Ngantang dan mengajukan permohonan kepada perusahaan yang mengadakan CSR seperti Bank Mandiri dan Bank BRI tentang pengadaan dana serta bantuan sosial.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Adapun beberapa hasil yang telah diperoleh dari terselenggaranya budidaya lanceng di desa Kaumrejo, Kec. Ngantang adalah sbb :
a. Masyarakat mampu mengembangbiakkan tawon lanceng secara terpadu, sehingga perlahan               dapat memenuhi permintaan pasar lokal. Untuk pemasaran awal kami telah memasarkannya di           apotek, toko bahan pangan dan indomaret di daerah Ngantang dan Batu.
b. Masyarakat mampu menghasilkan madu lanceng yang berkualitas terbaik, hal ini terbukti dengan         kualitas madu pada saat pertama kali memanen, yakni madu yang dihasilkan dalam satu koloni           dapat menghasilkan 150 ml madu.
c. Masyarakat berinisiatif membangun komunitas peternak tawon lanceng sekaligus pemasok madu          lanceng diwilayah Ngantang. Adapun nama budidaya lanceng disebut dengan “Silokurung tawon ”.    Saat ini sudah sebanyak 10 orang yang tergabung dalam komunitas Silokurung Tawon. Adapun tiga    dari 10 orang tersebut merupakan orang yang telah memiliki tawon lanceng namun belum dapat          menghasilkan madu secara optimal, sedangkan sisanya merupakan masyarakat yang memiliki              inisiatif untuk beternak lanceng.

6.2 Saran
Untuk keberlanjutan program budidaya tawon Lanceng sebaiknya budidaya ini diwaktu yang akan datang segera mendapat perhatian dari pemerintah sekitar, terutama pemerintah kota Malang serta beberapa mahasiswa dari universitas negeri kota Malang. Hal ini bertujuan untuk lebih cepat dalam
proses penambahan dana bantuan serta penambahan pelatihan keterampilan dalam memproses hasil lain yang diproduksi oleh tawon Lanceng dan juga memperluas pemasaran produk yang siap untuk diperjual-belikan ke masyarakat luas. Sehingga komunitas “Silokurung Tawon” memiliki jaringan yang luas dan dapat memasok madu Lanceng keseluruh wilayah jawa timur.

LAMPIRAN
A. DOKUMENTASI KEGIATAN

Kamis, 22 Agustus 2013

Animasi film wayang 3D sbg wujud regenerasi budaya indonesia

PROGRAM BEASISWA MAHASISWA BERPRESTASI


JUDUL
“ ANIMASI FILM WAYANG 3D SEBAGAI WUJUD REGENERASI BUDAYA INDONESIA ”


Diusulkan oleh:
NOVIATIE INDERA FAIDAH N NIM. 0842620032



POLITEKNIK NEGERI MALANG
MALANG
2011


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwa penulis telah menyelesaikan usulan karya ilmiah dengan judul “ ANIMASI FILM WAYANG 3D SEBAGAI WUJUD REGENERASI BUDAYA INDONESIA ” Dalam penyusunan usulan ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua serta teman-teman penulis, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi
berbagai kesulitan sehingga usulan ini selesai.
2. Rekan-rekan yang telah memberikan semangat dan masukan untuk
menyempurnakan usulan ini.
Semoga usulan ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.

Malang, 27 April 2011

Penulis




ANIMASI FILM WAYANG 3D SEBAGAI WUJUD REGENERASI BUDAYA INDONESIA
RINGKASAN
Kesenian dalam kebudayaan Jawa sangat beraneka ragam dan salah satu diantaranya yang paling terkenal adalah wayang. Wayang memainkan peran penting dalam kebudayaan dan masyarakat Jawa melalui pertunjukan kekuatan maupun kelemahan moral dan menitikberatkan pengajaran etika
dan cara hidup yang benar kepada para penontonnya. Sehingga kesenian ini memainkan peran khusus dalam membentuk intisari interaksi masyarakat Indonesia.

Kebanyakan masyarakat Indonesia jarang atau bahkan tidak pernah menghadiri pertunjukan wayang kulit, bahkan ada beberapa yang hanya beberapa kali selama hidup mereka sendiri. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.

Saat ini banyak masyarakat Indonesia yang meninggalkan tradisi-tradisi untuk mencari sumber-sumber baru kekayaan dan status sosial dalam masyarakat yang semakin dipengaruhi pengaruh-pengaruh seperti globalisasi, modernisasi dan media massa. Oleh karenanya, dengan memanfaatkan modernisasi serta perkembangan teknologi yang semakin berkembang selayaknya penayangan budaya wayang dapat dikemas secara modern pula yakni dengan memanfaatkan teknologi 3D yang pada akhirnya dapat dinikmati secara fresh oleh kalangan manapun.

Film animasi wayang 3D ialah menampilkan cerita serta tokoh pewayangan dalam bentuk animasi 3D sehingga mampu memberikan efek bahasa verbal maupun non verbal bagi penontonnya. Dalam segi positif film animasi wayang 3D dapat membantu penyebaran suatu kebudayaaan sehingga budaya suatu bangsa lebih dikenal dalam dunia nasional dan internasional dan secara tidak langsung ikut memperbaiki nilai, moral serta etika asli masyarakat indonesia terutama untuk membentuk moral positif
pada generasi muda. Sebab efek 3D didapatkan saat otak berhasil menggabungkan bayangan yang terbentuk di kedua mata.

Terdapat lima metode pemecahan masalah yang akan diterapkan untuk kegiatan mempertahankan budaya wayang sehingga menghasilkan perkembangan budaya wayang di Indonesia yakni : Mencari pokok masalah lunturnya budaya wayang, mencari literatur cerita wayang sebagai dasar pembuatan film 3D, pembuatan film animasi wayang 3D, publikasi & launching film animasi wayang 3D dan evaluasi efek munculnya film animasi wayang 3D.

Sedangkan untuk menghasilkan film animasi wayang 3D yang optimal selain menggunakan software yang tepat juga bekerjasama dengan SDM yang sesuai dengan bidangnya yakni seseorang yang memiliki skill dan keterampilan dibidang seni dan desain grafis.
kata kunci : wayang, 3D dan budaya Indonesia

3D ANIMATED PUPPET FILMS AS CULTURAL REGENERATION INDONESIA
ABSTRACT

Artistry in Javanese culture is very diverse and one of The most famous of which is a puppet. Puppet play important in Javanese culture and society through the power performances and weaknesses and focuses on teaching moral and ethical manner righteous living to the audience. So this art plays special role in shaping the very essence of Indonesian society interactions.

Most Indonesian people rarely or never attend a shadow puppet show, even some that only several times during the life of their own. This was caused by several factor. Today many Indonesian people who abandon traditions to seek new sources of wealth and social status in society is increasingly influenced by such influences globalization, modernization and mass media.

Therefore, by utilizing the modernization and development technology's growing properly aired puppet culture can be packaged in a modern way that is also using 3D technology which in turn can be enjoyed fresh by any circles. 3D puppet animation film is featuring stories and puppet figures in the form of 3D animation so as to give the effect of verbal language and non-verbal for the audience. In the positive aspect of the animated film 3D puppets to help spread a culture of cultures so that a nation in the world is better known nationally and internationally and indirectly improve the values, morals and ethics of the original Indonesian society, especially to establish a positive morale on the generation young. Because the 3D effect is obtained when the brain successfully combines shadow formed in both eyes.

There are five methods of solving problems that will be applied to activities maintain the culture of puppet that resulted in the development puppet culture in Indonesia, namely: Finding the principal problem of cultural erosion puppets, puppet story search literature as a basis for 3D filmmaking, 3D puppet animation film making, publication and launching of the animated film 3D puppets and evaluation of the effects of the emergence of 3D puppet animation film.

Meanwhile, to generate 3D puppet animation film in addition to optimal use the right software also works with the appropriate HR with a field that is someone who has the skills and skills in the field of art and graphic design.
Key words : puppets, 3D and Indonesian culture


1. TEMA : MAHASISWA INDONESIA CERDAS DAN BERKARAKTER
2. TOPIK : KEBUDAYAAN, KREATIFITAS DAN INOVASI TEKNOLOGI
3. JUDUL : ANIMASI FILM WAYANG 3D SEBAGAI WUJUD REGENERASI BUDAYA INDONESIA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II TELAAH PUSTAKA
BAB III METODE PENULISAN
BAB IV PEMECAHAN MASALAH
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 10
5.2 Saran ........................................................................................................... 10
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesenian dalam kebudayaan Jawa sangat beraneka ragam dan salah satu diantaranya yang paling terkenal adalah wayang. Wayang memainkan peran penting dalam kebudayaan dan masyarakat Jawa melalui pertunjukan kekuatan maupun kelemahan moral dan menitikberatkan pengajaran etika
dan cara hidup yang benar kepada para penontonnya. Sehingga kesenian ini memainkan peran khusus dalam membentuk intisari interaksi masyarakat Indonesia.

Kebanyakan masyarakat Indonesia jarang atau bahkan tidak pernah menghadiri pertunjukan wayang kulit, bahkan ada beberapa yang hanya beberapa kali selama hidup mereka sendiri. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, harga dhalang untuk mengadakan pertunjukan wayang kulit itu semakin mahal dewasa ini, sehingga jumlah pertunjukan itu turun. Kedua, tidak semua orang tertarik pada kesenian wayang tersebut. Ketiga, sesuasi dengan pengaruh media massa dan privatisasi perusahaan televisi setelah jatuhnya Soeharto.

Bukan saja generasi muda yang dewasa ini lebih tertarik pada apa yang disediakan modernisasi seperti alat-alat komunikasi, televisi atau permainan-permainan. Tetapi juga kelas menengah dan orang tua yang meninggalkan tradisi-tradisi untuk mencari sumber-sumber baru kekayaan dan status sosial dalam masyarakat yang semakin dipengaruhi pengaruh pengaruh seperti globalisasi, modernisasi dan media massa. Oleh karenanya, dengan memanfaatkan modernisasi serta perkembangan teknologi yang semakin berkembang selayaknya penayangan budaya wayang dapat dikemas secara modern pula yakni dengan memanfaatkan teknologi 3D yang pada akhirnya dapat dinikmati secara fresh oleh kalangan manapun.

1.2 Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan animasi film wayang 3D ?
2. Apakah manfaat yang akan diperoleh dari terwujudnya animasi film wayang 3D ?
3. Bagaimanakah teknik untuk mempublikasikan animasi film wayang 3D ?
4. Berapa besar prospek kontribusi animasi film wayang 3D dapat menunjang pertumbuhan pendapatan negara ?

1.3 Tujuan
Dengan terwujudnya animasi wayang dalam bentuk 3D bertujuan untuk :
1. Menampilkan seni budaya wayang dengan cover yang tidak membosankan.
2. Menanamkan budaya serta seni wayang kepada generasi muda, sehingga budaya wayang menjadi budaya yang selalu digemari dari generasi ke generasi.
3. Menunjukkan eksistensi budaya asli Indonesia ke dunia Internasional.
4. Meningkatkan pendapatan negara melalui penjualan film animasi wayang 3D.

1.4 Manfaat
Program yang ditujukan dalam rangka mempertahankan budaya Indonesia ini memiliki beberapa fungsi yang nantinya berdampak positif bagi generasi muda, masyarakat umum serta negara Indonesia, diantara manfaat tersebut ialah sebagai berikut:
1. Para generasi muda mampu memahami dan mempertahankan warisan budaya wayang sebagai wujud cinta tanah air.
2. Sebagai media aplikasi keterampilan grafis para generasi muda yang dituangkan melalui pembuatan film animasi 3D berlatar belakang cerita pewayangan.
3. Sebagai bukti kepada dunia Internasional bahwa Indonesia kaya akan warisan budaya kuno yang kehadirannya dapat diterima oleh golongan manapun serta dapat dinikmati dalam waktu kapanpun, menggunakan teknologi yang selalu berkembang pula.
4. Meningkatkan kepedulian serta kualitas akan nilai, moral serta etika asli masyarakat Indonesia, yang saat ini mulai bergeser akibat masuknya budaya barat.
5. Meningkatkan pendapatan negara melalui penjualan film animasi wayang 3D.

BAB II
TELAAH PUSTAKA

Komputer grafis 3D sering disebut sebagai model 3D . Selain grafik yang diberikan, model terkandung dalam file data grafis. Namun, ada perbedaan. Sebuah model 3D adalah matematika representasi dari setiap tiga-dimensi obyek. Sebuah model tidak teknis grafis sampai ditampilkan. Karena cetak 3D , model 3D tidak terbatas pada ruang virtual. Sebuah model dapat ditampilkan secara visual sebagai gambar dua dimensi melalui proses yang disebut 3D rendering , atau digunakan dalam non-grafis simulasi komputer dan perhitungan. Selain itu, efek ini memberikan ilusi optic pada mata yang membuat gambar 2 dimensi menjadi timbul dan terkesan lebih hidup dan terkesan keluar dari layar.

Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan
sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri, dengan demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang memiliki cerita, gaya dan dalang yang luar biasa.

Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu “Mana yang Isi(Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)”.

Sehinga, yang dimaksud dengan film animasi wayang 3D ialah menampilkan cerita serta tokoh pewayangan dalam bentuk animasi 3D sehingga mampu memberikan efek bahasa verbal maupun non verbal bagi penontonnya. Dalam segi positif film animasi wayang 3D dapat membantu
penyebaran suatu kebudayaaan sehingga budaya suatu bangsa lebih dikenal dalam dunia nasional dan internasional. Selain itu pada media-media informasi juga bisa memberikan pengaruh positif juga. Misalnya saja kita bisa mengetahui bagaimanakah kebudayaan suatu bangsa dan secara tidak
langsung ikut memperbaiki nilai, moral serta etika asli masyarakat indonesia terutama untuk membentuk moral positif pada generasi muda. Sebab efek 3D didapatkan saat otak berhasil menggabungkan bayangan yang terbentuk di kedua mata. Film 3D benar-benar bisa digunakan menguji kemampuan
tersebut, berdasarkan Dr Dominick Maino dari Illinois Eye Institutes seperti dikutip dari Healthday.
Dengan terwujudnya film animasi wayang 3D, maka perlu adanya tindak lanjut dalam melakukan publikasi serta pengenalan kepada masyarakat bahwa film animasi berlatar belakang budaya lebih menarik dibandingkan film animasi yang berlatar belakang hiburan. Adapun tindakan-tindakan yang dapat dilakukan yaitu :
1. Menawarkan hasil karya film animasi wayang 3D ke instansi pendidikan baik mulai dari tingkat SD       sampai perguruan tinggi.
2. Melakukan publikasi secara online tentang adanya film animasi wayang 3D.
3. Bekerjasama dengan penyedia hiburan yang memiliki ruang 3D seperti BNS, Dufan dan Taman             Safari Indonesia.
4. Mengikuti berbagai pertunjukan kubudayaan.

Peluang usaha bioskop 3D , secara perhitungan bisnis kemitraan usaha ini layak dipertimbangkan. Selain pangsa pasarnya luas, pesaing pun nyaris tidak ada, terlebih di kota kecil. Antusiasme masyarakat dengan film 3D saat ini masih tinggi. Salah satu pengusaha Star 3D Movie (S3DM) yang
baru 6 bulan ini adalah saputra . Kini S3DM sudah memiliki 10 mitra, ratarata pengunjung setiap harinya mencapai 530 orang.

BAB III
METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran ataupun suatu peristiwa masa sekarang. Adapun langkah – langkah
penelitiannya sebagai berikut :
1. Menyusun proposal penelitian sosial.
Penyusunan proposal dilakukan sebagai langkah awal dalam melakukan proses karya ilmiah. Penyusunan ini terdiri dari menentukan topik yang dipilih. Penyusunan proposal ini pertama berisi Pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat. Pada bab kedua berisi tentang konsep teori, kemudian pada bab ketiga berisi tentang metodologi. Peneliti hanya mengisi mengenai gambarannya saja, kemudian diteruskan dengan laporannya.

2. Setelah itu peneliti merumuskan masalah.
Peneliti mencari semua permasalahan dari pembahasan ini yang ada disekitar. Permasalahannya adalah bagaimana mempertahankan budaya seni wayang dengan cover yang dapat dinikmati secara fresh, misalnya, dengan memanfaatkan perkembangan teknologi grafis yang semakin maju. Sehingga dapat ditarik kesimpulan menjadi suatu rumusan masalah.

3. Mengumpulkan data.
Untuk mengumpulkan data, penulis menentukan dengan cara mengumpulkan wacana dari beberapa literatur. Alasan pemilihan pengumpulan data ini adalah karena sifat karya ilmiah ini adalah menggunakan aplikasi grafis yang pada akhirnya akan di publikasikan ke masyarakat.

4. Pengolahan Data.
Setelah data-data terkumpul, penulis akan mengolah data tersebut dengan teknik kualitatif.

5. Penyusunan Laporan.
Setelah tahap-tahap sebagaimana diuraikan diatas, maka langkah selanjutnya adalah menyusun laporan agar tujuan dan manfaat dapat dikomunikasikan.

BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

Metode pemecahan masalah yang akan diterapkan untuk kegiatan mempertahankan budaya wayang sehingga menghasilkan perkembangan budaya wayang di Indonesia, maka harus dilakukan secara continue dan bertahap. Adapun tahapan dari pelaksanaan tersebut dijelaskan sebagai
berikut :
1. Mencari pokok masalah lunturnya budaya wayang
Salah satu faktor penyebab semakin terkikisnya seni wayang adalah masuknya globalisasi yang didominasi budaya barat.

2. Mencari literatur cerita wayang sebagai dasar pembuatan film 3D
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan literatur cerita pawayangan adalah dengan mengumpulkan beberapa buku pawayangan sperti buku “Pawajangan Windu Krama” serta berkonsultasi dengan pakar wayang seperti pengamat wayang peranakan dari Universitas Indonesia, Woro Rento Mastuti

3. Pembuatan film animasi wayang 3D
Beberapa program software yang dapat digunakan untuk pembuatan film 3D ialah aplikasi XtraNormal, Daz Studio keduanya merupakan aplikasi 3D modeling gratisan yang kaya akan fitur 3D dari berbagai objek dan tool-tool animasi. Aplikasi ini cocok untuk membuat digital art dan animasi berupa virtual objek seperti manusia, binatang, kendaraan dan banyak lagi. Serta mampu menggerakan objek 3D yang sudah terbentuk layaknya pengarah gaya pada model.

4. Publikasi & launching film animasi wayang 3D
Pelaksanaan publikasi serta launching film animasi wayang 3D akan dilakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan sehingga masyarakat benar-benar mengetahui tentang munculnya inovasi pemertahanan
budaya melalui sistem modern.

5. Evaluasi efek munculnya film animasi wayang 3D
Tujuan dari pelaksanaan evaluasi adalah untuk mengetahui perkembangan masyarakat baik untuk mempertahankan seni budaya wayang serta perbaikan nilai, moral dan etika. Sehingga penulis dapat
mengambil kesimpulan prosentase keberhasilan tujuan terwujudnya program karya ilmiah ini.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Adapun beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pembahasan perwujudan seni wayang melalui animasi film 3D adalah sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan pembuatan film harus mengetahui faktor yang mempengaruhi masyarakat kurang berminat dalam menyaksikan tontonan seni wayang.
b. Menentukan software yang tepat untuk melakukan pembuatan film animasi wayang 3D sehingga mampu menghasilkan keluaran film yang optimal.
c. Menerapkan media publikasi yang berkelanjutan serta memperbanyak mitra kerjasama.

5.2 Saran
Hendaknya dalam pembuatan film animasi wayang 3D selain menggunakan software yang tepat juga bekerjasama dengan SDM yang sesuai dengan bidangnya yakni seseorang yang memiliki skill dan
keterampilan dibidang seni dan desain grafis.

DAFTAR GAMBAR

1. Aplikasi software 3D menggunakan XtraNormal


2. Wayang 3D

DAFTAR PUSTAKA
http://translate.google.co.id/translate hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/3D_computer_graphics&ei=wXu2TailJIOovQPPwYmiAw&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=2&ved=0CDAQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3D3D%26hl%3Did%26biw%3D1280%26ih%3D673%26prmd%3Divns

http://blog.uin-malang.ac.id/abrorainun/2010/10/15/laporan-penelitiankebudayaan-
pengaruh-globalisasi-ditengah-masyarakat-terhadapperkemban-
wayang-kulit/